Polarisasi Politik yang Berlebihan dapat Mengakibatkan Perpecahan
Pidato Presiden Nanggroe Pada 01 Januari 2051 Masehi - Pembentukan Partai Politik Nanggroe jangan seperti Cebong vs Kampret |
Atjeh Post - Perlu anda ketahui bahwa NANGGROE baru saja memenangkan pertempuran sengit merebut kembali pulau banyak yang di klem masuk ke Sumatra utara serta beberapa desa perbatasaan singkil dan langkat dan semenanjung melayu Deli yang dulu di klem medan punya selain itu beberapa bekas kekuasaan kerajaan NANGGROE dulu disekitar perairan selat malaka yang di kuasai malaisya mulai bersatu dengan NANGGROE seperti negara bagian kedah , Pahang dan negara bagian malaka serta semenjung sumatra seperti jambi , riau , padang dan bengkulu sudah bersatu dengan NANGGROE dalam nama besar United state nanggroe aceh Darussalam ( USNAD ). Hanya medan dan Palembang yang masih tersisa sebagai provinsi sendiri dalam bingkai Nusantara di wilayah Sumatra sedangkan wilayah lain dari sabang sampai Lampung sudah bersatu dalam nanggroe yang di disebut United State Nanggroe Aceh Darussalam atas pengesahan PBB dan dunia serta pengakuan oleh pemerintah pusat di Jakarta karena kekalahan perang medan area desember 2050 kemarin, anda bisa memperhatikan Peta USNAD 2050 untuk kepastian nya.
Seperti di ceritakan sebelumnya bahwa rapat Nanggroe akan di adakan pada Upacara awal tahun untuk pembentukan Partai Politek nanggroe Geutanyoe, tapatnya pada tgl 1 januari 2051 M .
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Pujo keu allah
selawet keu nabi keu ahli lagi sahabat mulia
keu syuhada dan mandum pahlawan bangsa
lage ka ta tupe’ oleh tanyoe mandum
Dengan rahmat allah yang maha kuasa tanyo ka merdeka jino oleh kareuna nyan sebagai Nanggroe yang berdaulat tanyo perle na struktur politek dan wadah untuk meu politek sebagai syarat pileh pemimpin.
Baiklah saya tegaskan di dalam Nanggroe hanya boleh ada 2 partai saja tidak boleh lebih untuk awal pondasi Nanggroe kita yaitu PARTAI NANGGROE MUMANG dan PARTAI PATENG NANGGROE Kenapa tidak boleh lebih dari 2 partai. Ini disebabkan dalam sebuah negara itu perlu ada front yang menjalankan pemerintahan dn front oposisi untuk memberi masukan dan mengoreksi pemerintahan , klo partai lebih dari dua semisal memiliki 12 partai niscaya itu akan menjadi boomerang karena selain partai berkuasa menjalankan pemerintah juga ada partai oposisi serta 10 pertai lain akan menjadi partai hoax yang ambil andil mengadu domba antara pemerintah dan oposisi. apa bila ini terjadi nanggroe akan seperti masa jahiliyah tahun 2018. Jangan sampai itu terjadi lagi pada 01 Januari 2051 H disaat pemerintahan saya . ingat itu baik-baik sebelum saya penggal semua kepala pemerintahan , Baiklah saya akan bercerita betapa tidak efektif dan efesien pada masa itu :
Maka ketahui oleh mu wahai masyarakat Nanggroe yang hidup pada 1 januari 2051 M bahwa Setelah Pilpres tahun 2014, masyarakat Indonesia secara politik terpolarisasi ke dalam kubu Jokowi dan kubu anti Jokowi atau bisa dikatakan kubu Prabowo. Seiring berjalanya waktu serta dampak media sosial, kedua kubu ini melahirkan dua istilah yang cukup fenomenal; yaitu istilah Cebong untuk pendukung Jokowi dan Kampret untuk sebaliknya.
Di media sosial, mereka saling menghujat bahkan ada yang menyebarkan hoax hanya demi saling menjatuhkan lawan politiknya. Memang negera kita menganut sistem demokrasi yang memungkinkah rakyatnya secara bebas mengeskpresikan pandangan politiknya. Tapi sebebas apapun, apakah menghujat dan menyebarkan hoax dalam konteks demikian bisa dibenarkan?
Kondisi polarisasi politik antara Cebong dan Kampret ini menarik perhatian saya untuk bertanya, siapa yang memunculkan kedua istilah fenomenal itu? kenapa istilah Cebong dan Kampret yang dipilih? Kenapa bukan Macan, Buaya, atau hewan lain yang lebih gagah? Setelah bertanya-tanya, saya menemukan jawaban yang cukup.
Cebong sebagai sebuah istilah ternyata dimunculkan oleh kubu yang anti Jokowi dengan tujuan mengejek pendukung Jokowi. Istilah ini dipakai tidak lepas dari kebiasaan Jokowi sendiri yang memiliki hobi memelihara kodok dan cebong di kolam istana negara supaya dapat merasakan suasana pedesaan yang dulu melekat dalam kehidupan Jokowi.
Sedangkan istilah Kampret sebagai respon ejekan Cebong. Kampret merupakan binatang sejenis kelelawar yang suka tidur dengan posisi terbalik kaki di atas dan kepala di bawah yang berimplikasi efek negatif pada organ otaknya berupa penyakit “syndrom otak terbalik”. Contoh otak terbalik itu misal kopi Starbuck menjadi haram, sedangkan Kencing Onta menjadi halal.
Secara fundamental, yang diperselisihkan antara Cebong dan Kampret ini adalah soal politik, yaitu siapa yang pantas menahkodai Indonesia. Ini juga termasuk kesamaan-kesamaan yang sudah dijelas di awal. Di masa lampau, siapa yang berhak dan pantas menggantikan nabi sebagai kepala pemerintahan di Madinah sehingga terjebak pada konflik politik berlarut-larut.
Kalau masa sekarang, menurut Cebongers Jokowi yang paling pantas memimpin Indonesia hingga dua periode karena Jokowi benar-benar membangun Indonesia tanpa lelah. Tapi bagi Kampret, Prabowo jauh labih layak maka 2019 harus ganti presiden. Menurut Kampreters, Jokowi gagal mensejahterakan rakyat Indonesia.
Kompetisi antara Cebong dan Kampret kelihatnnya semakin mengkhawatirkan. Dulu bahkan sampai ada tindakan persekusi di CFD oleh Kampret kepada Cebong. Kemudian para cebong melakukan tindakaan persekusi terhadap aktifis #2019_ganti_presiden semisal neon warisman di batam dan lainnya. Seharusnya mereka bisa belajar dari masa lalu. Jangan sampai mereka terjerumus kapada perpecahan seperti yang sudah terjadi di masa sahabat nabi. Bagaiamana pun sikap politik dan pilihan presiden kita, persatuan bangsa Indonesia jauh lebih penting.
Oleh sebab itu, tanpa banyak alasan, sesungguhnya tidak perlu saling menghujat antara Cebong dan Kampret, apalagi meneyebarkan hoax demi kepentingan politik jangka pendek, supaya persatuan bangsa tidak tersobek. Ingat! Polarisasi politik yang berlebihan dapat mengakibatkan perpecahan. Mari kita saling kita dukung mereka untuk menghancurkan NKRI. semoga gara-gara kekuasaan singkat ini para cebong dan kampret mampu mengorbankan persatuan nasional secara menyeluruh.
Ini menjadi satu keuntungan besar bagi yang memiliki kepentingan semisal pihak luar negari dan daerah yang berhajat untuk menentukan nasib sendiri bila perang langsung terjadi antara cebong vs campret
Demikian lah pidato saya hari ini semoga ini menjadi pelajaran bagi Nanggroe pada 1 januari 2050 M sekarang ini , wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
No comments:
Post a Comment